Rempah dan Arca di Museum Gajah

Setelah agak lama belum mengajak Hatta main ke museum lagi–terpotong oleh kelahiran adiknya, Sjahrir–suatu hari neneknya anak-anak mengajak kami berjalan-jalan ke Museum Nasional di bilangan Jakarta Pusat. Kebetulan juga sedang ada pameran Jalur Rempah-rempah yang berlangsung selama dua minggu saja di museum tersebut.

Hatta yang kini sudah mulai cerewet bertanya ini-itu sangat bersemangat untuk datang langsung melihat patung gajah yang kerap diceritakan berdiri menunggunya di pintu masuk museum.

IMG_20151028_134538250“Ke museum gajah, yuk! Ke museum gajah, yuk! Ke museum gajah, yuk!” pinta Hatta berulang-ulang seperti pita kaset yang rusak.

Ketika akhirnya ia bertemu dengan si patung gajah, Hatta malah tampak kurang antusias. Mungkin karena pada saat yang bersamaan sebuah bus tingkat warna-warni lewat di depan jalan, menyita perhatiannya yang memang penggila kendaraan bermotor.

Memasuki gedung museum, kami memutuskan untuk mendatangi pameran Jalur Rempah terlebih dahulu. Pameran sementara ini unik karena menceritakan sejarah perdagangan rempah-rempah dunia yang berpusat di kepulauan Indonesia. Sisi lain sejarah yang jarang diungkap dibandingkan Jalur Sutera yang melegenda.

Hatta cukup tertarik mengubek-ubek display interaktif rempah-rempah dan sayur-mayur khas Indonesia, mencium aroma cengkeh, jinten, pekak, kayu manis, serta meraba tekstur dan bentuk nanas, jagung, ubi, dan bengkuang.

Setting pameran Jalur Rempah juga dibuat seakan pengunjung tengah menapaki kerajaan-kerajaan masa lampau, khususnya Majapahit. Cukup mengesankan, namun sayangnya jalurnya sempit dan naik-turun tangga sehingga stroller tidak bisa dibawa masuk ke area pameran. Hatta asyik lari-larian dan memanjat-manjat tangga replika candi, sementara Sjahrir digendong ibunya.

Usai dari pameran Jalur Rempah, kami pun melanjutkan kunjungan ke display permanen Museum Nasional. Bagian yang paling disukai Hatta adalah taman arca yang luas, di mana ia bisa puas berlari-lari di rumput hijau sambil melihat-lihat aneka arca dan prasasti batu. Ditemani neneknya yang dosen arkeologi, Hatta diberi kursus singkat tentang fitur-fitur arca yang menarik perhatiannya. Cukup lama ia mendengarkan penjelasan neneknya dengan seksama sembari mengamati arca yang dibahas.

IMG_20151028_134858531

Kami juga sempat melihat-lihat pameran zaman pra-sejarah, dengan diorama manusia purba yang sedang mempersiapkan alat-alat batu. Hatta tampak sangat tertarik dengan display yang ini–bolak-balik ia akan kembali ke tempat yang sama sambil memperhatikan detail patung-patung lilinnya. Ia juga antusias menginjak-injak display kaca dengan tulang-belulang yang ceritanya sedang digali di sebuah replika situs arkeologi.

Sejak kunjungan museum yang terakhir, saya tahu sekarang bahwa museum yang bisa membuat balita lebih betah dan fokus adalah museum yang memiliki ruang pamer yang luas, dan lebih baik lagi yang memiliki halaman outdoor yang luas juga.

IMG_20151028_135008552

Display pameran yang lebih menarik bagi Hatta adalah yang menampilkan bentuk seperti hewan atau manusia (patung lilin dan arca batu merupakan favoritnya), gambar atau lukisan yang berwarna-warni mencolok, bentukan fisik yang bisa dipanjati/diloncati, dan segala hal yang melibatkan aktivitas penginderaan seperti menyentuh tekstur benda dan mencium bau-bauan. Untuk anak seusianya memang dibutuhkan hal-hal tersebut pada sebuah museum agar membuatnya lebih tertarik berkunjung dan semangat untuk kembali lagi.

IMG_20151028_134945080

Apakah kamu punya pengalaman yang berkesan ketika berkunjung ke museum bersama si kecil?

 

2 Comments Add yours

  1. Astri Yuneva berkata:

    wah keren nih buat referensi ajak anak-anak nanti..
    saya pernah ajak anak2 ke museum zoologi di kebun raya bogor, seruuu !!!

    Suka

    1. Mel Allira berkata:

      Iya Mbak Astri, Museum Zoologi juga asyik ya.. Tunggu postinganku yg selanjutnya ya, minggu ini temanya museum & galeri 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar